Sabtu, 14 April 2012

Alunan Melodi Perpisahan (Cerpen)

Seperti remaja pada umumnya Arif  juga mempunyai sebuah cita-cita. Ia ingin menjadi musisi handal dan terkenal. Sejak SD ia memang sudah pandai bermain gitar dan sekarang sudah menjabat menjadi seorang gitaris sebuah  band, ya.. walau bandnya masih dalam taraf ecek-ecek, tapi lumayan sedikit-sedikit saat pentas dia bisa berkhayal menjadi gitaris terkenal.
Setiap pulang sekolah Arif selalu membantu orang tuanya menggembala kambing, tak ketinggalan gitar kesayangannya selalu ia bawa. Saat sedang asyik menyanyikan sebuah lagu favoritnya, tiba-tiba Anto datang sambil berlari dan berteriak.

“Arif, kambingmu lari satu dan sekarang menuju rumah penduduk!”
“Ah yang benar kamu To?” Tanya Arif kepanikan.
“Benar tadi aku lihat sendiri dengan mata kepalaku.” Jawab Anto sambil        terengah-engah.
“Ya sudah sebaiknya segera ku kejar kambing itu, kamu mau bantu nggak To?”
“Iya deh, aku akan bantu.”
Mereka berdua pun segera lari ke rumah penduduk dan mengejar kambing Arif yang lari dengan kencangnya.
“To ! kamu hadang dari utara aku hadang dari selatan.” Teriak Arif
“Oke Rif.”
Anto pun langsung berlari ke utara dan menghadang kambingnya, namun naas, bukannya berhasil menangkap kambaingnya Anto malah tersluduk dan terjatuh. Melihat Anto terjatuh Arif pun segera berlari dan menolong Anto. Setelah tau Anto tidak luka Arif pun mengejar kambingnya yang sudah berlari jauh. Akhirnya lima menit kemudian Arif pun berhasil menangkap kambingnya dan segera pulang.
Sesampainya di rumah Arif baru sadar jika gitar kesayangannya tertinggal di lapangan. Arif pun bergegas untuk mengambilnya, namun nasib buruk sedang berada       pada dirinya, gitar kesayangan yang sudah dimilikinya sejak SD hilang entah kemana. Arif sangat sedih ketika ‘paul’ gitarnya sudah hilang. Dengan muka masam Arif segera pulang.
Di rumah sederhana inilah Arif tinggal serta berteduh dari panas dan hujan. Namun, Arif anak yang menerima dan selalu bersyukur atas apa yang Tuhan berikan untuknya, Arif juga menyadari penghasilan orang tuanya pas-pasan dengan ayah seorang petani dan ibu sebagai buruh cuci. Namun, semangat Arif untuk mewujudkan cita-citanya tak pernah surut dan ia selalu berusaha, belajar, dan berdoa.
Memang dulu sewaktu SMP Arif anak yang sedikit bandel namun, semenjak SMA dia berubah total menjadi anak yang rajin, disiplin, dan menjadi bintang kelas. Arif bisa berubah karena kasihan terhadap ibunya yang sakit-sakitan.

Pagi saat berangkat sekolah Arif melihat gitar yang sangat ia damba-dambakan, yakni gitar ‘les paul gibson’. Arif berniat untuk menabung dan membeli gitar itu sebagai pengganti gitarnya yang hilang waktu lalu.
Sepulang sekolah Arif diajak teman-teman satu bandnya untuk latihan karena bulan depan mereka akan mengikuti lomba band tingkat provinsi yang hadiahnya lumayan. Namun, saat latihan Arif sepertinya tidak konsentrasi, teman-temannya pun heran tak biasanya Arif seperti ini karena biasanya Ariflah yang paling semangat saat latihan.
“Rif, tumben kamu nggak semangat gini ?” Tanya Tofa.
“Iya nih tumben banget.” Sahut Aji.
“Aduh guys, sory sory, lagi banyak masalah ni.” Jawab Arif.
“Emang masalah apa Rif?” Tanya Yoga.
“Ibuku sakitnya tambah parah dan ayah lagi nggak ada duit ditambah lagi gitar kesayangan aku hilang.” Jawab Arif.
Mereka bertiga diam mendengar cerita Arif yang sangat menyedihkan. Lalu merekapun memutuskan untuk memberikan uang sakunya pada Arif untuk membantu pengobatan ibunya.
“Rif, mungkin hanya ini yang bisa kami berikan untuk mu, semoga bermanfaat dan ibu mu lekas sembuh.” Kata Tofa.
“Makasih banyak ya, ini udah lebih dari cukup kok. Akan ku pergunakan sebaik mungkin.” Ucap Arif sambil meneteskan air mata.
“Latian cukup segini saja, biar Arif pulang membelikan obat untuk ibunya. Kasian.” Ucap Aji.
Arif pun segera pulang dan membelikan obat untuk ibunya. Setelah memberikan obat Arif langsung pergi untuk bekerja, ya.. walau cuma loper Koran tapi lumayan sedikit-sedikit bisa menabung untuk biaya pengobatan ibunya dan membeli gitar idamannya sebagai pengganti gitarnya yang hilang. Selain loper Koran Arif juga bekerja sebagai buruh angkut  di pasar setiap minggu atau libur sekolah.

Beberapa bulan kemudian tabungan Arif sudah mencapai dua juta lebih dan cukup untuk membeli gitar idamannya yang baru, namun Arif memilih membeli gitar second karena sisa uang tabungannya akan ia pergunakan untuk pengobatan ibunya di rumah sakit.

Minngu 7 Agustus 2011 Arif mengikuti lomba bermain gitar se-provinsi dan berhasil masuk final hingga mendapat juara II. Arif mendapat tropy gubernur, piagam, dan uang pembinaan. Arif merasa bahagia karena ini pertama kalinya ia menjadi pemenang. Arif bergegas menuju rumah sakit untuk memberitahu ibunya kalau ia menang lomba.
“Bu, Arif menang!” Ucap Arif gembira.
“Alhamdulillah Nak.” Kata ibunya tersenyum.
“Hadiah ini akan aku pergunakan untuk biaya rumah sakit Ibu. Ibu senang kan?”
“Iya Nak, terimakasih. Tapi apa tidak sebaiknya uang itu untuk biaya sekolah        kamu  saja.”
“Tidak Bu, biaya untuk sekolah Arif sudah ada tabungan sendiri. Ibu tenang saja.”

Beberapa bulan kemudian Arif mengikuti ajang pencarian bakat. Arif sangat          deg-degan namun ia akan kerahkan seluruh tenaga dan kemampuannya agar lolos audisi. Dan akhirnya perjuangan Arif pun tak sia-sia, ia lolos audisi dan berhak melanjutkan babak selanjutnya. Untuk melanjutkan babak selanjutnya Arif harus ke Jakarta, dan sebelum Arif berangkat ia berpamitan kepada ayah, ibu, dan adiknya.
“Yah, Bu, Dik Arif pamit ke Jakarta, doakan lancar dan sukses ya.” Pamit Arif.
“Iya Nak, Ayah, Ibu, dan Adikmu akan selalu mendoakan yang terbaik untuk mu.” Jawab Ayah Arif.
Setelah berpamitan Arif pun segera ke bandara bersama finalis yang lain. Sesampainya di Jakarta Arif merasa senang dan berkata dalam hati akan berjuang sekuat tenaga demi Ayah dan Ibunya.

Setahun sudah Arif berada di Jakarta dan akhirnya ia menjadi sang juara dalam ajang pencarian bakat tersebut. Namun, perjuangan Arif tak cukup sampai disini.Arif masih berjuang untuk mewujudkan cita-citanya yakni menjadi musisi handal dan terkenal. Setelah beberapa tahun lamanya Arif berjuang, akhirnya ia menjadi musisi yang dikenal di seluruh Indonesia bahkan dunia. Namun, ia tak pernah sombong dan lupa tehadap kedua orang tua, adiknya, serta teman-teman yang selalu menyayanginya.

Suatu hari, disela-sela pertunjukan Arif mendapat telepon dari adiknya kalau sakit yang diderita ibunya kambuh dan sekarang dirawat di ICU. Setelah mendapat kabar itu     Arif pun segera pulang ke Jogja, daerah ia tinggal dan segera menjenguk ibunya. Namun, Arif terlambat menuju jogja, ibu yang sangat dia sayangi telah dipanggil oleh Yang Maha Kuasa. Arif sangat menyesal karena tidak sempat berada disamping ibunya saat terakhir dan belum sempat membahagiakannya. Namun apa daya, itu hanya menjadi sebuah penyesalan. Air mata Arif pun terlinang tiada henti apalagi saat melihat ibunya dimakamkan.
Seminggu sudah ibunya pergi meninggalkan Arif. Untuk membahagiakan ibunya akhirnya Arif menciptakan lagu khusus untuk ibunya dengan judul Alunan Melodi Perpisahan.